ELINE.NEWS, Makassar – Candaan komedian Panji Pragiwaksono yang menyinggung masyarakat Toraja dalam salah satu penampilannya menuai reaksi dari kalangan akademisi.
Salah satunya datang dari Dr. Boas Singkali, cendekiawan asal Toraja yang menilai pernyataan tersebut keliru dan berpotensi menyesatkan publik.
Dalam potongan video yang beredar di media sosial, Panji menyebut “orang Toraja yang tidak punya uang akan membiarkan keluarganya meninggal tergeletak di ruang tamu”. Ucapan itu dinilai tidak sesuai dengan realitas sosial masyarakat Toraja yang menjunjung tinggi penghormatan terhadap kematian.
“Pernyataan itu sama sekali tidak benar. Dalam budaya Toraja, setiap orang, tanpa memandang status ekonomi, tetap dimuliakan hingga prosesi pemakaman,” kata Boas dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (26/10).
Ia menjelaskan, adat Toraja mengenal sistem penghormatan yang panjang dan penuh simbol, salah satunya melalui upacara Rambu Solo’ yang menjadi bentuk gotong royong dan religiositas masyarakat.
“Penundaan pemakaman bukan karena menelantarkan jenazah, melainkan bagian dari adat. Selama masa itu, jenazah dirawat dengan penuh hormat, bahkan dianggap masih hidup dalam sebutan to makula,” jelas Boas.
Menurutnya, candaan Panji yang menyinggung isu kematian tanpa memahami konteks adat bisa menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.
“Kita menghargai kebebasan berekspresi, tapi harus ada batas etika dan tanggung jawab sosial,” ujarnya.
Boas juga mengimbau masyarakat Toraja agar tidak terpancing emosi dan menjadikan peristiwa ini sebagai sarana edukasi. “Daripada marah, lebih baik kita manfaatkan momentum ini untuk memperkenalkan nilai-nilai luhur budaya Toraja kepada publik,” imbuhnya.
Budaya Toraja, termasuk upacara Rambu Solo’, telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia. Tradisi tersebut menjadi simbol penghormatan terhadap kehidupan, solidaritas, dan kemanusiaan di tengah masyarakat Toraja.













