ELINE.NEWS,Makassar – Keuskupan Agung Makassar menjadi tuan rumah kegiatan silaturahmi dan dialog animasi lintas agama bertajuk “Mendalami dan Membangun Kerja Sama Lintas Agama Berdasarkan Deklarasi Istiqlal 2024”. Acara ini berlangsung di Aula Keuskupan Agung, Jalan Thamrin No. 5–7, Makassar, dan dihadiri oleh perwakilan organisasi kemasyarakatan pemuda lintas agama, komunitas sipil, serta Kementerian Agama Sulawesi Selatan.
Kegiatan ini bertujuan memperkuat sinergi antaragama dalam mengatasi isu-isu krusial seperti kekerasan berbasis agama dan kerusakan lingkungan. Acara dibuka secara resmi dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya, menandakan semangat nasionalisme dan persatuan dalam keberagaman.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulsel, dr. H. Ali Yafid, S.Ag., M.Pd.I, menyampaikan pentingnya dua nilai utama dari Deklarasi Istiqlal: penolakan terhadap kekerasan berbasis agama serta komitmen menjaga kelestarian alam. Ia menekankan bahwa semua agama memiliki pandangan serupa mengenai pentingnya perdamaian dan pelestarian bumi. “Jika kita semua peka dan bertindak, maka Sulawesi Selatan akan menjadi wilayah yang rukun dan damai,” ujarnya.
Dialog ini juga menghadirkan Romo Dr. Aluysius Budi Purnomo, Pr., Sekretaris Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan KWI, yang mengajak seluruh peserta menanggapi isu dehumanisasi dan perubahan iklim dengan kasih sayang lintas iman. Ia menegaskan bahwa tantangan global harus dihadapi dengan semangat kolaborasi antaragama.
Sementara itu, Pastor Rd. Albert Arina, PR, Ketua Komisi Kerasulan Awam Keuskupan Agung, menyebut Deklarasi Istiqlal sebagai dokumen inspiratif untuk membangun toleransi, persaudaraan, dan menjaga NKRI. “Orang muda adalah ujung tombak dalam membangun dialog dan kerja sama lintas agama demi perdamaian,” tegasnya.

Mgr. Fransiskus Nipa, Uskup Agung Makassar, turut menyampaikan bahwa Keuskupan Agung adalah rumah bersama bagi semua. Ia menyoroti pentingnya melakukan pertobatan ekologis dan menyerukan peralihan paradigma dari kekerasan menuju keadilan. “Deklarasi Istiqlal mengajak kita meninggalkan dehumanisasi dan pengrusakan lingkungan,” ujarnya.
Diskusi yang dipandu oleh Risal Dorra berjalan dinamis dengan sesi Focus Group Discussion (FGD), yang menggali refleksi peserta terhadap nilai-nilai Deklarasi Istiqlal. Tiga pertanyaan utama memandu FGD, yakni: apa inspirasi nyata dari deklarasi, bagaimana implementasinya dalam kehidupan, serta bagaimana mewujudkan kerja sama lintas iman secara konkret.
Berbagai organisasi hadir dalam kegiatan ini, termasuk GP Ansor Sulsel, Pemuda Muhammadiyah Sulsel, GAMKI Sulsel, PERADAH Indonesia Sulsel, GEMABUDHI, PATAKIN, KNPI Sulsel, Jamaah Ahmadiyah Sulsel, GUSDURian, ISKA, FMKI, PMKRI, Pemuda Katolik, Vox Point Indonesia, hingga Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia.
Kegiatan ditutup dengan penyampaian hasil FGD dari tiap kelompok yang menyepakati pentingnya tindak lanjut bersama. Seluruh peserta sepakat bahwa nilai-nilai dalam Deklarasi Istiqlal harus diterapkan secara nyata, dimulai dari pemuda sebagai penggerak perdamaian dan penjaga bumi.













